Ritual Cinta
Cinta sepasang suami isteri bagaikan pohon yang memerlukan siraman air dan pupuk agar tetap tumbuh sehat dan besar. Tidak layu. Tidak mati. Pupuk dan air bagi pohon cinta itu adalah ritual romantisme. Disebut ritual karena memang harus dilaksanakan dengan tulus sepenuh hati dan secara rutin. Jika ritual-ritual cinta romantis ini dilaksanakan oleh suami isteri sepenuh hati dan rutin, maka Insya Allah akan merengkuh manisnya cinta yang mendalam dan tak terkira nikmatnya. Ritual-ritual cinta ini diajarkan oleh Nabi Muhammad. Bukan hanya seorang nabi utusan Allah, Muhammad juga merupakan seorang suami paling romantis yang pantas dijadikan teladan bagi kita yang ingin meraih cinta sejati. Meraih kebahagiaan akherat dan kebahagiaan dunia.
Kedamian sebuah Negara harus di mulai dari kedamaian dalam rumah tangga. Kalau masing-masing keluarga hidup bahagia , damai dan penuh kasih sayang, pasti masyarakatnya disuatu negeri akan damai. Kalau kasih sayang telah tumbuh di masing-masing setiap rumah tangga pasti akan tumbuh kasih sayang antar masyarakat.
Kalau dalam suatu negeri masing-masing sudah damai, penuh dengan kebahagiaan, penuh cinta kasih . Maka perdamaian dunia akan dapat dicapai dan dirasakan setiap insan didunia ini.Sehingga penduduk di dunia ini akan mersakan ketentraman yang sebenarnya.
Ritual Cinta 1 : Suka tersenyum dan tertawa
Senyum adalah sedekah. Meski sepele, namun seringkali tersenyum menjadi sesuatu yang paling susah. Apalagi dalam kondisi ekonomi yang serba sulit, kondisi pikiran yang terasa ruwet, pekerjaan kantor yang menumpuk, habis dimarahi atasan, bisnis tidak lancar dan sederet masalah-masalah rutin lainnya. Tips mudah menjadi seorang pecinta yang murah senyum adalah menyadari bahwa hidup tak pernah lepas dari masalah. Masalah takkan pernah selesai sampai kita mati. Jika untuk tersenyum, kita menunggu berada dalam kondisi tidak punya masalah, lalu kapankah kita tersenyum ?. Setelah menyadari ini, tanamkanlah kuat-kuat dalam diri. Bahwa tersenyum dapat mengurangi stress terhadap masalah itu sendiri. Tersenyum merupakan sedekah yang mendatangkan kebaikan bagi diri dan orang lain. Tersenyum menyenangkan diri dan orang lain. Sebelum melangkah ke halaman rumah kita, hendaklah kita tanggalkan muka masam dan muram durja, lalu digantikan dengan muka manis dan senyum ramah. Bayangkanlah hal ini layaknya kita menanggalkan pakaian kotor untuk diganti dengan pakaian baru yang bersih segar. Senyum membawa hawa dan aura kebaikan yang dapat dirasakan oleh lingkungan sekeliling. Ciptakanlah suasana nyaman dan sejuk dirumah kita dengan banyak tersenyum ramah kepada isteri, anak, tetangga dan lingkungan sekitarnya. Toh, muka masam dan muram durja tidak dapat membantu menyelesaikan masalah bukan ? Bahkan justeru menambah runyam masalah itu sendiri.
Ritual Cinta 2 : Sering Membelai
Membelai adalah bahasa cinta yang nyata. Riil. Langsung terasa. Membuat nyaman hati pasangan. Terkadang belaian lebih ampuh daripada ucapan kata-kata. Terlalu banyak membelai justeru semakin memperdalam perasaan cinta pasangan. Sedangkan terlalu banyak mengeluarkan ucapan kata-kata cinta justeru mendapat julukan ”gombal”. Itulah keampuhan belaian dibandingkan ucapan lisan. Belaian sesungguhnya sebuah kebutuhan seorang pecinta (terutama isteri). Seorang isteri yang kurang mendapatkan belaian cinta yang tulus romantis dari suami seringkali mudah marah. Mudah kesal. Mudah bermuka masam. Kurang tenang. Kurang tenteram. Maka belailah isteri dengan setulus hati. Belailah dengan santun, kalem dan menenangkan. Sebab belaian tulus ini mengandung bahasa cinta ”aku mencintaimu, aku ingin selalu menyenangkanmu, ingin mendampingimu selalu, ingin membuatmu tenteram dan bahagia setiap waktu, ingin meraih indahnya cinta yang diridhoi Ilahi”.
Adalah Rasulullah SAW tidaklah setiap hari melainkan beliau mesti mengelilingi kami semua (isterinya) seorang demi seorang. Beliau menghampiri dan membelai kami dengan tidak mencampuri hingga beliau singgah ke tempat isteri yang beliau giliri waktunya, lalu beliau bermalam di tempatnya (H.R. Ahmad)
Ritual Cinta 3 : Memanggil dengan panggilan mesra
Panggilan mesra merupakan panggilan kesayangan. Merupakan perwujudan kasih sayang yang tersaji dalam frekuensi yang tinggi. Dalam sehari anda mungkin memanggil pasangan anda lebih dari 20 kali. Ini artinya, dalam 20 kali pula anda mengungkapkan rasa sayang melalui panggilan mesra. Panggilan mesra yang baik adalah panggilan yang hanya dimiliki oleh sepasang suami isteri. Artinya, panggilan tersebut tidak diucapkan oleh orang lain. Seperti halnya panggilan Nabi Muhammad kepada Aisyah: si pipi merah delima (si pipi kemerah-merahan). Panggilan ini hanya dimiliki oleh Aisyah dari Nabi. Nabi tidak memanggil orang lain dengan panggilan serupa. Ini menunjukkan kekhususan hubungan perasaan antar keduanya. Sebagai suamipun anda sudah selayaknya memiliki panggilan kesayangan kepada isteri yang hanya anda miliki, yang tidak digunakan oleh orang lain ketika dia memanggil isteri anda. Contohlah Nabi SAW yang memiliki panggilan mesra terhadap isterinya Aisyah, ”si pipi kemerah-merahan” atau ”Aisy”. Panggilan ini khusus panggilan kesayangan nabi, yang tidak dipakai oleh orang lain ketika memanggil Aisyah. r.a. Dengan adanya panggilan mesra (kesayangan) ini, maka hubungan sepasang suami isteri menjadi semakin sakral dan khusus. Menjadikan ikatan hubungan keduanya semakin erat dan mendalam.
Dari Aisyah r.a ia berkata: Saya pernah meminjam sebuah jarum dari Hafshah binti Rawahah yang saya gunakan untuk menjahit pakaian Rasulullah SAW. Jarum itu terjatuh dari tangan saya, lalu saya encarinya, tetapi tidak berhasil mendapatkannya. Tiba-tiba Rasulullah SAW masuk, lalu aku dapat melihat dengan jelas jarum yang terjatuh karena pancaran sinar wajah beliau. Sayapun tertawa, kemudian beliau berkata: wahai si pipi merah delima, mengapa engkau tertawa? Saya menjawab: Saya sedang mengalami begini dan begini. Dengan suaranya yang keras beliaupun berkata: wahai Aisyah, sungguh celaka, sungguh celaka orang yang dijauhkan dari melihat wajah ini. Tak seorangpun mukmin atau kafir melainkan semuanya sangat ingin melihat wajahku ini (H.R. Ibnu ’Asakir)
Sebagian dari kita mungkin merasa enggan, bahkan mungkin ada juga yang merasa jijik jika minum dari gelas atau muk dengan bekas tempat bibir pasangan atau makan pada bekas gigitan isteri. Namun camkanlah, meminum dari bekas tempat bibir pasangan dan makan pada bekas gigitan pasangan merupakan suatu bentuk penghormatan tulus bagi pasangan. Merupakan wujud cinta yang nyata dan didepan mata. Merupakan kebanggaan dan keasyikan bersama. Ritual romatis ini dapat membangkitkan salah satu lembaran perasaan yang terdalam. Menambah kerinduan untuk saling menyentuh dan menyenangkan perasaan pasangan. Sudah sepantasnyalah bagi sepasang suami isteri melaksanakan ritual ini untuk mewujudkan suasana rumah tangga yang penuh mawaddah (kasih sayang) dan romantsi selalu. Jika kita belum mampu melakukannya itu artinya cinta kita masih kalah besar dari ego dan keangkuhan kita sendiri.
Dari Aisyah r.a ia berkata: Saya biasa minum dari muk yang sama ketika haidh, lalu Nabi SAW mengambil muk tersebut dan meletakkan mulutnya di tempat saya meletakkan mulut saya, lalu beliau minum, kemudian saya mengambil muk. Lalu saya menghirup isinya, kemudian beliau mengambilnya dari saya, lalu beliau meletakkan mulutnya pada tempat saya meletakkan mulut saya, lalu beliaupun menghirupnya (H.R. Abdurrazaq dan Sa’id bin Manshur)
Dari Aisyah r.a ia berkata: Ketika sedang haidh aku minum, kemudian muknya aku berikan kepada Nabi SAW, beliau minum pada bagian muk yang tadinya aku pakai minum. Demikian pula waktu aku sedang haidh, aku menggigit sepotong daging, lalu sisa gigitan itu aku berikan kepada Nabi SAW. Beliau tidak segan menggigitnya pada bagian yang tadinya aku gigit (H.R. Nasa’i)
Seorang suami yang memakai wewangian akan semakin menambah kerinduan isteri untuk selalu berada disampingnya. Isteri menyukai untuk terus berdekatan dengan suami. Dalam kondisi harum, suamipun semakin percaya diri dan senang untuk terus mendekati isteri. Memeluknya. Membelainya. Bandingkan jika badan berbau tidak sedap. Isteri akan enggan untuk berdekatan dengan para suami, bukan karena dia tidak cinta, melainkan karena memang tidak seorangpun yang menyukai bau tidak sedap. Dan itu manusiawi. Oleh sebab itu, jadikanlah memakai wewangian ini sebagai ritual untuk memupuk dan memperdalam jalinan cinta kasih suami isteri. Bila perlu komunikasikanlah wewangian apa yang paling disukai isteri. Ini akan semakin membuatnya tergila-gila kepada suami. Nabi mencontohkan memakai wewangian ini dan isteri beliaulah yang mengoleskan minyak wangi ke badan nabi.
Aisyah berkata: Sesungguhnya Nabi SAW apabila meminyaki badannya, beliau mulai dari auratnya dan mengolesinya dengan nurah (sejenis serbuk pewangi) dan isterinya meminyaki bagian lain seluruh tubuhnya. (HR.Ibnu Majah)
Mandi bersama merupakan sebuah ritual cinta romantis suami isteri yang mampu mengokohkan cinta dan menguatkan perasaan satu sama lain. Bagi sepasang suami isteri, mandi bersama dapat memberikan pengalaman keberduaan yang tak terlupakan. Aktifitas mandi bersama juga memberikan nuansa asyik dan unik. Mandi bersama merupakan aktifitas yang khusus bagi sepasang suami isteri, tidak dapat diwakilkan atau digantikan dengan orang lain. Kegiatan ini dapat meningkatkan kuatnya simpul ikatan perasaan antar keduanya. Mandi bersama ini dicontohkan oleh Nabi Muhammad dan isterinya Aisyah.
Dari Aisyah r.a., ia berkata: Aku biasa mandi bersama Nabi SAW. Dengan satu bejana. Kami biasa bersama-sama memasukkan tangan kami (kedalam bejana). (H.R. Abdurrazaq dan Ibnu Abi Syaibah)
Dari Aisyah r.a ia berkata: Aku pernah tidur bersama Rasulullah SAW di atas satu tikar ketika aku sedang haidh. Bila darahku menetes keatas tikar itu, beliau mencucinya pada bagian yang terkena tetesan darah itu dan beliau tidak berpindah dari tempat itu, kemudian beliau sholat di tempat itu pula, lalu beliau berbaring kembali di sisiku. Bila darahku menetes lagi ke tikar itu, beliau mencuci di bagian yang terkena darah itu saja dan tidak berpindah dari tempat itu, kemudian beliaupun sholat diatas tikar itu (H.R. Nasa’i)
Seorang isteri yang bersedia membersihkan (mengerik dan mencucinya dengan tangan) mani dari pakaian suaminya merupakan seorang isteri yang shalihah dan mau berkorban secara nyata demi suaminya. Jadilah isteri yang demikian. Buanglah keangkuhan dan ego anda. Naiklah menuju tingkatan cinta yang lebih tinggi dengan melakukan ritual romantis ini. Mani bukanlah hal yang hina menjijikkan. Mani merupakan cikal bakal kehidupan manusia. Jika anda bersedia melakukan kebiasaan romantis ini maka Insya Allah rasa cinta dan kasih sayang suami kepada anda akan berlipat-lipat tak terkira. Dia akan merasa dihormati, disanjung dan dihargai dengan sebuah penghormatan dan penghargaan yang sangat tinggi. Jangan menjadi isteri yang merasa jijik terhadap kain suami yang terkena mani, lalu dengan angkuhnya menyuruh pembantu mencucinya di mesin cuci. Tentu saja ini akan menyakitkan bagi suami. Suami merasa terlecehkan harga dirinya. Ingatlah bahwa setiap perbuatan baik akan menuai perbuatan baik pula. Begitupun perbuatan jelek, yang nantinya akan menuai perbuatan jelek yang sepadan. Keangkuhan kita kepada dunia akan mengakibatkan dunia angkuh terhadap kita. Kesantunan kita kepada lingkungan, juga akan mengakibatkan lingkungan bersikap santun kepada kita.
Dari Aisyah r.a ia berkata: Saya dahulu pernah mengerik mani dari pakaian Rasulullah dengan akar rumput yang berbau wangi, kemudian beliau pergi untuk melakukan sholat dengan pakaian itu. (H.R. Jama’ah, kecuali Bukhari)
Ritual Cinta 10 : Tidak suka mencela dan menghina
Akhlak seorang suami terhadap isteri atau sebaliknya harus memegang prinsip romantisme menghindari celaan dan hinaan. Jangan pernah mencela. Jangan pernah menghina. Jikalau pasangan melakukan kesalahan, maka ingatkanlah dengan santun dan dengan suara yang penuh welas asih. Bukan dengan suara tinggi. Tidak disertai dengan caci maki. Dan perlu disadari bahwa yang salah adalah perbuatannya, bukan orangnya keseluruhan. Setiap orang pasti pernah melakukan kekeliruan. Termasuk suami atau isteri. Oleh karena itu, ingatkan perbuatannya saja, dengan tanpa mencela dan mencaci orangnya. Celaan selalu membekas di hati. Bagaikan sayatan pisau di permukaan batang pohon. Semakin banyak celaan, maka semakin banyak bekas sayatan yang ada pada batang pohon. Bersikaplah lembut. Seperti do’a yang diucapkan banyak orang kepada anda berdua ketika menikah dulu: ”Allafa baina quluubuhum”. Yang artinya lembutkan hati mereka berdua. Kelembutan atau kekasaran hati ini bersifat imbal balik. Seorang suami yang bersikap kasar terhadap isterinya, akan mengakibatkan isteri juga bersikap kasar dan kurang sopan kepadanya. Begitupun sebaliknya. Sikap lembut suami akan dibalas dengan sikap lembut isteri. Maka dari itu, tuntutlah diri sendiri terlebih dulu untuk bersikap santun dan lembut, maka dunia akan bersikap lembut dan santun kepada anda, Insya Allah.
Aku bertanya kepada pamanku, Hind bin Abi Halah. Ia adalah seorang ahli dalam meriwayatkan (sifat Rasulullah SAW). Aku bertanya: Ceritakanlah kepadaku sifat Rasulullah SAW berbicara? Ia menjawab: Rasulullah SAW adalah seorang yang banyak mengenyam kesusahan. Beliau selalu berpikir, tidak sempat beristirahat santai. Beliau lebih banyak diam (tidak banyak bicara), beliau tiada bicara, kecuali apabila perlu. Membuka dan menutup pembicaraannya dengan menyebut nama Allah Ta’ala. Isi pembicaraannya padat dengan makna, kata-katanya jelas, tiada yang sia-sia, dan tiada pula yang kurang dipahami. Beliau tiada berlaku kasar dan tiada pernah menghina. Nikmat Allah dibesarkannya walaupun hanya sedikit. Selain itu, beliau tak pernah mencela makanan dan minuman. Juga tidak pernah memujinya (HR. Tirmidzi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar